kaidah kaidah rasm utsmani dan contohnya

Bagaimanpun pola tersebut sudah merupakan kesepakatan ulama mayoritas (jumhur ulama). 15 Ulama yang tidak mengakui rasm „Utsmani sebagai rasm tauqifi, berpendapat bahwa tidak ada masalah jika Al Qur‟an ditulis dengan pola penulisan standar (rasm imla‟i). Soal pola penulisan diserahkan kepada pembaca. Secarasingkat, Ilmu Rasm Utsmani adalah ilmu yang membahas tata cara struktur penulisan al-Quran atau berkaitan dengan huruf-hurufnya. 1. Mengenal Ilmu Rasm Utsmani 1.1 Pengertian Ilmu Rasm Utsmani 1.2 Sejarah Penulisan Mushaf 2. Kaidah Pertama : al-Hadzf 3. Kaidah Kedua : az-Ziyadah 4. Kaidah Ketiga : Hamzah 5. Kaidah Keempat : al-Ibdal 6 5Kaidah Fikih Pokok dan Contoh Penerapannya dalam Muamalah. May 28, 2020 SYARI'AH. GUSTANI.ID - Qowaid Fikhiyyah atau Kaidah fikih adalah kaidah atau dasar fikih yang bersifat umum yang mencakup hukum-hukum syara' secara menyeluruh dari berbagai bab/bagian dalam masalah - masalah yang masuk di bawah cakupannya. BeberapaContoh Kaidah Ushul Fiqh . Setelah anda mengetahui beberapa kaidah yang ada di dalam kaidah ushul fiqh, anda juga harus tau beberapa contohnya. Berikut adalah contohnya: Ijtihad Sebelum Tidak Membatalkan Ijtihad Sesudah Ijtihad yang lama dapat diganti yang baru. Dengan kata lain satu ijtihad tidak akan batal dengan ijtihad yang lain. Padaartikel kali ini, penulis secara singkat ingin memperkenalkan 6 kaidah (rumus) umum yang terdapat dalam ilmu Rasm Utsmani. 1. Hadzf. Kaidah Al-Hadzf ( الْحَذْفُ) adalah kaidah yang membuang huruf. Di dalam penulisan al-Quran terdapat beberapa huruf yang dibuang dengan mengikuti kaidah hadzf. Adapun huruf-huruf yang dibuang ada 5 Mann Will Sich Treffen Meldet Sich Aber Nicht. loading... Rasm adalah rumusan-rumusan cara penulisan Al-Qur'an. Lalu apa yang dimaksud dengan Rasm Utsmani? Menurut Dr Zainal Arifin Madzkur, Peneliti dan Pentashih di LPMQ Balitbang dan Diklat Kementerian Agama, Rasm usmani adalah cara penulisan Al-Qur'an yang dibakukan pada masa Khalifah Usman bin Affan 25 H/ 646 M. Cara ini dalam beberapa hal berbeda dengan kaidah penulisan Arab konvensional. Baca Juga Tulisan Al-Qur'an sebagai disiplin ilmu berbeda dengan Al-Qur'an dalam qira'at. Oleh karena itu, riwayat penulisannya pun juga tidak tunggal. Selain dua nama Al-Dani dan Abu Dawud di atas, terdapat nama-nama penting yang menjadikan ilmu ini mandiri di luar kajian umum ulum Al-Qur’ yang masih bisa dilihat sampai sekarang, antara lain Ibn Abu Dawud wafat 316 H/ 928 M menulis al-Mashahif. Al-Mahdawi wafat 430 H/ 1036 M menulis Hija' al-Mashahif al-Amshar. Al-Balansi wafat 563 H/ 1167 M menulis Al-Munsif. Al-Syatibi wafat 590 H/ 1194 M menulis 'Aqilat al-Atrab. Al-Sakhawi wafat 643 H/ 1245 M menulis Al-Wasilah, dan Qadduri, disiplin Rasm Utsmani berbeda dengan ilmu kaligrafi. Kajian Rasm Utsmani sangat terkait dengan aspek bahasa lughah, maka sebagaimana dikemukakan oleh al-Suyuthi wafat 911 H/ 1505 M, semua penulisannya pun juga terkait kaidah-kaidah kaidah ilmu rasm usmani yang masyhur, yaitu[1] membuang huruf hadhf,[2] menambahkan uruf al-ziyadah,[3] penulisan hamzah,[4] pergantian huruf al-badal,[5] kata yang disambung dan diputus penulisannya al-fasl wa al-wasl, dan[6] penulisan salah satu dari dua qira’at yang tidak bisa disatukan tulisannya ma fihi qira’atani wa kutiba ala ihdahuma.Contoh-contoh sederhana dalam enam kaidah di atas, antara lain[1] membuang huruf, misalnya; penulisan kata العالمين dalam rasm ditulis dengan tanpa alif setelah huruf ain العلمين;[2] menambahkan huruf, misalnya; penulisan kata ملاقو ربهم dalam rasm ditambahkan alif setelah waw menjadi ملاقوا ربهم;3] penulisan hamzah, misalnya penulisan kata شطاه dalam rasm menjadi شطئه;4] pergantian huruf, misalnya penulisan kata الحياة dalam rasm ditulis dengan pergantian alif dengan waw menjadi الحيوة;5] kata yang disambung dan diputus penulisannya, seperti pada kata ان لا dalam rasm terkadang ditulis disambung menjadi الا; dan[6] penulisan salah satu dari dua qira’at yang tidak bisa disatukan tulisannya, misalnya bacaan Hafs pada QS al-Baqarah/2132 yang dibaca ووصي karena mengikuti riwayat Qalun maka ditulis menjadi واوصي. Dari semua contoh tersebut bacaannya sama, hanya cara penulisan rasm-nya yang Utsmani Mushaf Al-Qur’an Standar Indonesia, setelah ditelaah ulang dan dikaji oleh tim internal LPMQ dengan melibatkan ulama Al-Qur’an dari dalam dan luar negeri, muncul kesepakatan untuk menyempurnakan penulisan 186 kata. Dalam beberapa tempat lainnya sudah sesuai dengan riwayat luar negeri yang diundang kompeten di bidangnya, yaitu Prof Dr Abdul Karim Mesir; Prof Dr Samih Athaminah Yordania; Prof Dr Miyan Tahanawi Pakistan; dan Dr Zain el-Abidin Mujamma' Malik Fahd Madinah. Baca Juga SumberLajnah Kemenag rhs Rasm yang terletak dalam Mushaf Utsmani merupakan salah satu rahasia dalam penulisan mushaf Al-Qur’an, terkait beberapa kalimat dalam Al-Qur’an. Para sahabat menulis Mushaf Utsmani dengan model khusus yang berbeda dari kaidah penulisan imla, yang meliputi kaidah penghapusan hadzf, penambahan ziyadah, penulisan ha hamz, penggantian badal, penyambungan Washl, pemisahan Fasl. Masih tentang Rasm ini, ada baiknya Anda merujuk kembali artikel tentang hubungan rasm dengan Qiraat serta contohnya dalam mengenai Rasm Utsmani tidak akan pernah terlepas dari Mushaf Utsmani itu sendiri. Mushaf Utsmani ditulis pada era Utsman bin Affan sebagai kodifikasi Al-Qur’an yang ketiga, melihat banyaknya umat Islam kala itu yang saling menyalahkan bacaan antara satu dengan yang lainnya. Tidak hanya itu, sebagian orang bahkan mengkafirkan sebagian yang lain akibat perbedaan bacaan dan sedikitnya pengetahuan umat tentang bacaan Al-Qur’an yang diturunkan dengan lahjah yang lain. Oleh karena itu, Utsman bin Affan meminta Zaid bin Tsabit untuk menuliskan kembali Al-Qur’an dengan satu lahjah, yaitu lahjah Quraisy. Setelah proses pentashihan yang panjang hingga dibentuk tim kodifikasi Al-Qur’an, mushaf yang dituliskan oleh Zaid disebar ke berbagai kota. Mushaf ini kemudian disebut sebagai mushaf Utsmani hingga sekarang karena penulisannya dilakukan pada era Utsman bin Affan atas Al-Qur’an yang disebarkan menggunakan satu lahjah yang telah disepakati, penulisan yang digunakan pada tiap mushaf yang disebarkan pun menggunakan satu model Rasm, yang selanjutnya disebut dengan Rasm Mushaf Utsmani, agar umat Islam dapat membaca Al-Qur’an melalui satu bentuk tulisan. Karena, perbedaan qiraat akan menyebabkan perbedaan rasm yang ditulis. Oleh karena itu, Utsman bin Affan mengirimkan imam kepada masing-masing kota untuk mengajarkan tentang cara pembacaan mushaf Utsmani dengan rasmnya. Untuk itulah, penulisan Al-Qur’an pada masa setelahnya wajib mengikuti Rasm ini dilakukan melihat perbedaan tulisan dan rasm pada beberapa mushaf sebelum masa kodifikasi Utsman. Diantaranya penulisan لئن أنجانا dalam surah Al-An’am yang ditulis menggunakan alif pada mushaf Kufi, sedangkan pada mushaf lainnya menggunakan huruf ta setelah ya أنجيتنا. Perbedaan yang lain ditemukan dalam ayat كانوا أشدهم منهم قوة pada beberapa mushaf, sedangkan dalam mushaf Syami ditulis dengan menggunakan kaf منكم. Dan beberapa kalimat lain seperti menghilangkan alif pada kaidah yang semestinya, mengganti ya dengan alif dan perbedaan pendapan mengenai rasm Utsmani, sebagian mengatakan itu merupakan bentuk ijtihat sahabat. Pendapat yang lain mengatakan bahwa pada masa Rasulullah SAW, Rasulullah SAW sendiri yang mendiktekan Zaid bin Rsabit dalam penulisan Al-Qur’an melalui talqin dari Jibril alaihi salam. Seperti penulisan wakhsyaunii dalam surah Al-Maidah ditulis dengan huruf ya’ sedangkan dalam surah Al-Maidah dengan menghapusnya ya pada dua tempat di dalamnya. Sedangkan dalam riwayat lain mengatakan bahwa penulisan rasm Utsmani sesuai talaqi dengan Rasulullah pada masa kodifikasi awal, bukan bentukan baru yang dibuat sahabat terkait hukumnya, tidak ada perbedaan pendapat antara para ulama Semuanya sepakat bahwa penulisan ayat A-Qur’an wajib mengikuti rasm mushaf Utsmani, khususnya bagi mereka yang awan terhadap qiraat yang berbeda dalam Al-Qur’an. Dalam hal ini, Baihaqi mengatakan bahwa siapa saja yang ingin menulis mushaf, maka ia harus mengikuti penulisan yang tertulis di dalamnya, dalam hal ini berarti rasm mushaf Utsmani. Sedangkan untuk anak kecil yang sedang belajar Al-Qur’an, sebagian ulama memperbolehkan untuk tidak mengikuti rasm Utsmani agar mempermudah dalam Thahir menuliskan dalam bukunya Tarikhul Qur’an wa Gharaib Rasmihi tentang tiga kelebihan dalam pemakaian rasm Utsmani. Pertama, membantu umat khususnya era modern dalam tata cara penulisan mushaf. Kedua, menghindari keraguaan dalam penulisan dalam lahjah yang berbeda seperti yang dituliskan sebelumnya. Ketiga, untuk mengetahui makna yang harus dipotong atau disambung dalam beberapa kalimat Al-Qur’ satu bentuk rasm utsmani dapat dilihat dari penulisan basmalah yang menghilangkan 3 alif di dalamnya. Pertama, alif dalam penulisan بسم kedua alif dalam penulisan الله ketiga alif dalam penulisan الرحمن, dengan bacaan sesuai dengan kaidah mad dalam pekaidah penulisan yang kita tahu, yaitu باسم اللاه الرحمان lainnya dapat dilihat dari kalimat الملئكة, الإنسن, الشيطن, الصرط, العلمين dengan menghilangkan alif dan digantikan dengan tanda mad disetiap huruf yang dibaca rasm Utsmani juga ditemukan beberapa bentuk penulisan asing, sepertiRasm pada kalimatأفإين مات ditulis dengan penambahan huruf ya sebelum nunRasm pada kalimat والسماء بنينها بأييد dan kalimat بأييكم ditulis dengan dua huruf ya pada dua kata yang pada kalimat سأوريكم دار الفيقين ditulis dengan menambahkan huruf wawu setelah alifRasm pada kalimat وجايء يومئذ بجهنم dengan menambahkan hurud alif setelah jim. Dan masih terdapat beberapa penulisan asing dalam rasm Utsmani. Untuk itu, Muhammad Thahir dalam bukunya secara khusus menjelaskan secara terperinci mengenai ayat-ayat yang tertulis menggunakan rasm Utsmani merupakan rasm khusus yang digunakan dalam penulisan ayat Al-Qur’an atau mushaf, sedangkan dalam penulisan harian tidak dipergunakan karena bentuk penulisannya yang berbeda dari kaidah imla. Kecuali pada beberapa kalimat dan kata yang sering digunakan dalam keseharian. Seperti kalimat بسم الله الرحمن الرحيم, لا إله إلا الله, الله, ذلك, هأنتم, هؤلاء dan lainnya, menggantikan tulisan dalam kaidah imla, seperti باسم اللاه الرحمان الرحيم, لا إلاه إلا اللاه, اللاه, هاذا, ذالك, ها أنتم, ها ألاء.Melihat penulisan mushaf yang ditulis dengan rasm Utsmani berbeda dengan penulisan kaidah imla, maka dianjurkan bagi para penulis Al-Qur’an untuk memperhatikan rasm Utsmani sebelum menuliskan ayat, untuk menghindari kesalahan dalam penulisan. Karena jika penulisan hanya mengandalkan hafalan semata, maka ditakutkan akan terdapat perbedaan dalam rasm yang Nindhya Ayomi. Sumber Muhammad Thahir ibn Abd al-Qadir al-Kurdi, Tarikh al-Qur’an wa Gharaibu Rasmihi wa Hukmuhu, Jeddah 1365 H. Uploaded bySiti Najihan 100% found this document useful 4 votes4K views24 pagesOriginal TitleKaedah Al-ibdal Dalam Penulisan Al-quran Rasm UthmaniCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsPPTX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document100% found this document useful 4 votes4K views24 pagesKaedah Al-Ibdal Dalam Penulisan Al-Quran Rasm UthmaniOriginal TitleKaedah Al-ibdal Dalam Penulisan Al-quran Rasm UthmaniUploaded bySiti Najihan Full description الرَّسْمُ الْعُثْمَانِيُّ Ar-Rasm al-Utsmani Salah satu pembahasan yang sangat penting dalam Ulumul Qur’an atau Pengantar Studi al-Qur’an adalah Rasm Utmani. Tema Rasm Utmani termasuk pelajaran yang agak rumit. Karena berkaitan dengan masalah bahasa, sejarah penulisan dan pembukuan, qiraat , serta tafsir al-Qur’an. Namun dalam kesempatan kali ini, kami akan mencoba untuk menyajikan tema ini dengan sesederhana mungkin. Sehingga menjadi mudah untuk dipahami. Bila ada hal-hal yang belum dipahami, maka kami persilakan para pembaca untuk bertanya pada kolom komentar. Tujuan mempelajari Rasm Utsmani adalah memahami adanya ragam budaya dalam penulisan bahasa. Yang terjadi dalam semua bahasa. Termasuk dalam hal ini adalah bahasa Arab. Baca pula Qira’at dalam Al-Qur’an Pengertian, Contoh, Pengaruhnya pada Tafsir *** A. Pengertian Rasm Utsmani Secara bahasa, Rasm itu artinya ejaan atau teknik penulisan. Dalam sejarah ejaan bahasa Indonesia, dahulu kita mengenal istilah ejaan lama dan ejaan baru. EYD Ejaan Yang Disempurnakan. Berikut ini beberapa contoh ejaan lama yang kemudian dirubah menjadi ejaan baru Soekarno – Sukarno Soeharto – Suharto Jusuf – Yusuf Djakarta – Jakarta Jogjakarta – Yogyakarta Bapak mentjari kaju. – Bapak mencari kayu. Hal ini murni merupakan masalah bahasa. Yang juga terjadi pada bahasa Inggris, misalnya centre – center, theatre – theater, realise – realize, dan seterusnya. Yang pertama itu disebut sebagai Rasm British. Dan yang kedua disebut sebagai Rasm American. Adapun kata Utsmani itu merujuk pada Khalifah keempat dari Khulafaur Rasyidin, yaitu Sayyidina Utsman bin Affan radhiyallahu anhu. Itulah pengertian Rasm Utsmani secara bahasa. Nah sekarang, apa itu Rasm Utsmani secara istilah? Rasm Utsmani juga disebut Rasm Mushhafi dan Khath Utsmani. Secara istilah, Rasm Utsmani adalah “Sebuah ilmu yang secara khusus menjelaskan tentang tata cara penulisan al-Qur’an al-Karim ketika diturunkan dan berlanjut hingga pembukuannya dengan bantuan tangan para shahabat.” Rasm Utsmani ejaan bahasa Arab yang digunakan untuk menuliskan mushaf al-Qur’an waktu pembukuan al-Qur’an pada masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan. Sama hal dengan Rasm British ejaan bahasa Inggris yang digunakan oleh orang-orang Inggris Raya. Sedangkan rasm American ejaan bahasa Amerika yang digunakan oleh orang-orang Amerika. *** B. Contoh Rasm Utsmani Kalau tadi sudah kita sebutkan contoh Rasm Indonesia lama dan Rasm Indonesia Baru. Juga sudah kita sebutkan contoh Rasm Inggris British dan Rasm Inggris American. Sekarang kita sebutkan beberapa contoh Rasm Utsmani. Sebelumnya, hendaknya kita perhatikan. Bahwa penulisan mushaf al-Qur’an yang asli itu tidak ada harakatnya. Karena pada masa Rasulullah Saw. masih hidup, juga pada masa Khulafaur Rasyidin, harakat itu belum ditemukan. Bahkan juga belum ada titik. Namun pada kesempatan kali ini kita pakai titik. Karena mustahil saya mengetik huruf Arab tanpa titik. Baik langsung saja nggih, kita masuk ke contoh Rasm Utmani. 1. Kata al-Kitabu Dalam menuliskan kata al-kitaabu, yang umum adalah الكتاب. Namun dalam Rasm Utsmani ditulis dengan الكتب. Lalu pada huruf Taa’ itu diberi tanda baca fathah berdiri. Artinya dibaca dua harakat. 2. Kata as-Shalatu Dalam menuliskan kata ash-shalaatu, yang umum adalah الصلاة. Namun dalam Rasm Utsmani ditulis dengan الصلوة. Lalu pada huruf Laam itu diberi harakat fathah berdiri. Artinya dibaca dua harakat. Sedangkan huruf Wau tidak diberi harakat. Artinya huruf Wau tidak dibaca. 3. Kata az-Zakatu Juga dalam menuliskan kata az-zakaatu, yang umum adalah الزكاة. Namun dalam Rasm Utsmani ditulis dengan الزكوة. Lalu pada huruf Kaaf diberi harakat fathah berdiri. Artinya dibaca dua harakat. Sedangkan pada huruf Wau tidak diberi harakat. Artinya tidak dibaca. Untuk mengecek kebenaran hal itu, kami kutipkan image dari awal surat al-Baqarah sebagai berikut Al-Qur’an, Surat al-Baqarah ayat 1-5, sumber gambar Itu hanya contoh. Bila kita cermat, boleh jadi hal ini bisa kita temukan pada setiap halaman mushaf al-Qur’an. Di mana tata cara penulisannya tidak sama dengan kaidah umum dalam Bahasa Arab. Dahulu ketika masih duduk di bangku SMA/Madrasah Aliyah, saya pun sempat bertanya-tanya mengenai hal ini. Namun jawabannya baru saya temukan ketika membaca kitab Manahilul Irfan fi Ulumil Qur’an. Karya Syeikh Muhammad Abdul Azhim az-Zarqani. *** C. Kaidah Rasm Utsmani Berikut ini beberapa kaidah dalam penulisan Rasm Utsmani 1. Kaidah Badal Badal artinya mengganti. Yaitu mengganti suatu huruf dengan huruf yang lain. Contoh – mengganti huruf alif dengan huruf wau, misalnya الصلاة menjadi الصلوة الزكاة menjadi الزكوة – mengganti taa’ marbuthah dengan taa’ maftuhah, misalnya امرأة menjadi امرأت رحمة menjadi رحمت 2. Kaidah Perbedaan Qiraat Bila ada perbedaan qiraat al-Qur’an dalam membaca sebuah kata, maka kata itu ditulis dengan qiraat yang lebih banyak digunakan. Contoh ملك يوم الدين ditulis dengan ma pendek. Karena qiraat inilah yang lebih banyak digunakan. Bukan ma panjang. اهدنا الصراط المستقيم ditulis dengan huruf ص. Karena qiraat inilah yang lebih banyak digunakan. Bukan dengan س maupun ز. 3. Kaidah Fashal dan Washal Fashal artinya memisahkan. Washal artinya menggabungkan. Yaitu menggabungkan dua kata yang terpisah, sehingga bersambung seakan merupakan satu kata. Contoh عن ما menjadi عما كل ما menjadi كلما إن ما menjadi إما Untuk lebih lengkapnya mengenai kaidah rasm utsmani ini, silakan pembaca klik link berikut 6 Kaidah Rasm Utsmani Kaidah Penulisan Al-Qur’an. *** D. Tanya-Jawab tentang Rasm Utmani Siapakah yang menentukan tata cara penulisan mushaf al-Qur’an? – Yaitu Zaid bin Tsabit. Sebagai ketua panitia pembukuan al-Qur’an. Baik pada masa pemerintahan Abu Bakar ash-Shiddiq, maupun pada masa pemerintahan Utsman bin Affan. Mengapa dinamakan sebagai Rasm Utsmani? – Karena pembukuan al-Qur’an yang kedua, dengan fokus penyatuan ejaan mushaf al-Qur’an, itu dilakukan pada masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan. Bolehkah kita menuliskan mushaf al-Qur’an dengan selain Rasm Utsmani? – Sebenarnya tidak ada larangan. Namun sebaiknya tidak dilakukan. Karena akan membuat orang awam jadi tambah bingung. Selain itu, penulisan mushaf al-Qur’an dengan Rasm Utsmani itu sudah memperoleh ijma’ ulama. Seluruh ulama sudah sepakat dengan Rasm Utsmani itu sejak zaman dahulu sampai hari ini. *** Penutup Demikian sedikit penjelasan mengenai Rasm Utsmani. Semoga ada manfaatnya bagi kita semua. Allahu a’lam. _____________________ Sumber bacaan – Manahilul Irfan fi Ulumil Qur’an. Syeikh Muhammad Abdul Azhim az-Zarqani. – Ma Huwa al-Khatthul al-Utsmani. Syeikh Muhammad Marwan. Al-Quran merupakan kitab suci Umat Islam, yang salah satu fungsinya adalah petunjuk bagi seluruh umat manusia. Sedemikian penting nya al-Quran, membuat al-Quran terus terjaga dan dijaga keotentikan nya hingga hari kiamat nanti. Salah satu cara untuk menjaga keotentikan al-Quran adalah dengan cara tulisan. Al-Quran ditulis dalam lembaran kertas dan kemudian dinamakan Mushaf al-Quran. Penulisan al-Quran dalam mushaf, terdapat perbedaan dalam penulisan rasm nya. Dewasa ini, kesadaran umat muslim akan penggunaan mushaf Quran yang memakai Rasm khusus penulisan al-Quran yang kemudian disebut Rasm Utsmani terus meningkat. Maka dari itu, dalam artikel ini akan dijelaskan pengertian dari rasm, macam-macamnya, hingga pembahasan mengenai Rasm Utsmani secara singkat. Pengertian Rasm dan Jenis-Jenis Rasm Secara bahasa, Rasm berarti bekas, penginggalan, sisa, atau tulisan. Sedangkan secara istilah, Rasm adalah tulisan kata kalimah yang dibentuk dari susunan huruf hijaiah. Atau dengan kata lain, Rasm adalah penulisan batang tubuh sebuah tulisan Arab berupa susunan huruf yang membentuk sebuah kata. Rasm berbeda dengan Dhabt atau syakl. Begitu juga berbeda dengan Khat. Dhabt dan syakl membahas tanda baca berupa titik huruf dan harakat. Sedangkan, khat berfokus pada gaya penulisan Arab misalnya khat naskhi, kufi, dan lain-lain. Dari pengertian di atas, selanjutnya Rasm terbagi menjadi 3 jenis yaitu Rasm Qiyasi, Rasm Arudhi, dan Rasm Utsmani. Rasm Qiyasi atau juga sering disebut dengan Rasm Imla`i merupakan cara penulisan yang menekankan penyesuaian ucapan dan tulisan. Sedangkan Rasm Arudhi adalah cara penulisan yang menekankan pada ukuran atau kaidah syair-syair Arab. Sedangkan Rasm Utsmani adalah cara penulisan yang bersumber pada cara penulisan pada zaman khalifah Utsman. Pengantar Rasm Utsmani Sebagaimana disebutkan di atas, Rasm Utsmani adalah cara penulisan yang bersumber pada cara penulisan pada zaman khalifah Utsman. Oleh karena nya, ia dinamakan Rasm Utsmani karena dipelopori khalifah Utsman. Apa yang istimewa dari cara penulisan khalifah Utsman? Pada waktu itu, seluruh al-Quran dikumpulkan oleh khalifah Utsman dan dilakukan penyatuan unifikasi tulisan al-Quran. Tujuan nya adalah ingin mempersatukan mushaf yang ada. Penyatuan berupa tulisan al-Quran itu bukan lah hal sembarangan dan asal-asalan. Dilakukan oleh tim khusus dan dibuatlah standar yang ketat demi menjaga keotentikan al-Quran. Penulisan al-Quran itulah yang kemudian dinamakan Rasm Utsmani. Penggunaan Rasm Utsmani dalam setiap penulisan al-Quran kemudian menjadi syarat untuk pembuatan mushaf terdapat perbedaan dan juga menjadi syarat dari qiraah bacaan yang mutawatir. Hingga hari ini, Rasm Utsmani semakin mendapat perhatian. Rasm Utsmani menjadi suatu disipilin ilmu mandiri dan dikaji para akademisi. Para Ulama juga membuat kaidah-kaidah Rasm Utsmani untuk membantu pemahaman terhadap Rasm Ustmani. Baca juga 6 Kaidah Singkat Rasm Ustmani Madzhab Rasm Utsmani Kesadaran masyarakat terhadap Rasm Utsmani, sebagian tidak dibarengi dengan pengetahuan terhadap Ilmu Rasm Utsmani. Akibatnya, sebagian masyarakat yang belum memahami Ilmu Rasm Utsmani kemudian mengklaim mushaf nya yang paling sesuai dengan Rasm Utsmani. Hal seperti itu tentu tidak sesuai dengan Ilmu Rasm Utsmani dan malah mempersempit penggunaan Rasm Utsmani. Mengapa demikian? Karena di dalam Rasm Utsmani, terdapat banyak Ulama pemerhati Rasm Utsmani yang membuat panduan Rasm Utsmani. Di antara para Ulama dengan nama kitab nya yang membahas mengenai Rasm Utsmani adalah sebagai berikut Ad-Dani kitabnya berjudul al-Muqni Abu Dawud kitabnya berjudul at-Tanzil Al-Balansi kitabnya berjudul Al-Munsif As-Syathibi kitabnya berjudul Aqilat al-Atrab Al-Kharraz kitabnya berjudul Mawrid az-Zaman dan masih banyak lagi Kesemuanya menjelaskan bagaimana penulisan al-Quran pada zaman khalifah Utsman. Dan antara satu sama lain, beberapa ada yang sama dan beberapa ada yang berbeda. Artinya Rasm Utsmani juga memiliki madzhab nya masing-masing. Yang populer dalam dunia Rasm Utsmani adalah Ad-Dani dan Abu Dawud. Keduanya bahkan disebut sebagai Syaikhan 2 syekh dalam Rasm Utsmani. Sebagaimana syikhan dalam bidang ilmu lainnya, misalnya Syaikhan dalam hadits yaitu Bukhari dan Muslim. Dewasa ini, mushaf yang banyak digunakan, misalnya antara Mushaf Standar Indonesia dan Mushaf Standar Madinah juga berbeda dalam pengguanaan Rasm Utsmani nya. Mushaf Standar Indonesia lebih cenderung kepada pendapat Ad-Dani, sedangkan Mushaf Madinah cenderung ke pendapat Abu Dawud. Contoh Perbedaan Rasm Utsmani Berikut ini adalah sedikit contoh-contoh dari perbedaan Rasm Utsmani antara Ad-Dani dan Abu Dawud 1. Kata طُغْيَانِهِمْ dalam QS al-Baqarah ayat 15 اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ Pada kata طُغْيَانِهِمْ Ad-Dani menggunakan isbat tetap ada alif. Sedangkan Abu Dawud menggunakan hadzf membuang alif. 2. Kata تِجَارَتُهُمْ dalam QS Al-Baqarah ayat 16 أُولَٰئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَىٰ فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ Pada kata تِجَارَتُهُمْ Ad-Dani menggunakan isbat tetap ada alif. Sedangkan Abu Dawud menggunakan hadzf membuang alif. 3. Kata الصَّوَاعِقِ dalam QS Al-Baqarah ayat 19 أَوْ كَصَيِّبٍ مِنَ السَّمَاءِ فِيهِ ظُلُمَاتٌ وَرَعْدٌ وَبَرْقٌ يَجْعَلُونَ أَصَابِعَهُمْ فِي آذَانِهِمْ مِنَ الصَّوَاعِقِ حَذَرَ الْمَوْتِ ۚ وَاللَّهُ مُحِيطٌ بِالْكَافِرِينَ Pada kata الصَّوَاعِقِ Ad-Dani menggunakan isbat tetap ada alif. Sedangkan Abu Dawud menggunakan hadzf membuang alif.

kaidah kaidah rasm utsmani dan contohnya